Aturan Mahkamah Agung Terhadap Abercrombie & Fitch dalam Kasus Diskriminasi

Kategori Abercrombie & Fitch | September 19, 2021 08:09

instagram viewer

Samantha Elauf di sidang Mahkamah Agung pada bulan Februari. Foto: Chip Somodevilla/Getty Images

Setelah sidang Februari, Mahkamah Agung memutuskan 8-1 melawan Abercrombie & Fitch pada hari Senin dalam kasus yang berhubungan dengan diskriminasi agama dalam praktik perekrutannya.

Kasus tersebut bermula pada tahun 2008, ketika seorang manajer toko Oklahoma Abercrombie menyangkal seorang wanita muda Muslim bernama Samantha Elauf. pekerjaan karena jilbabnya tidak sesuai dengan "Kebijakan Penampilan" pengecer, yang ketat tentang jenis "topi" yang karyawan memakai. Masalahnya adalah Elauf tidak ditanya mengapa dia memakainya, dia juga tidak memberikan informasi itu secara sukarela untuk meminta akomodasi keagamaan. Argumen utama Abercrombie, ketika kasus tersebut dibawa ke pengadilan pada bulan Februari, adalah bahwa ia tidak dapat dengan sengaja mendiskriminasi Elauf tanpa terlebih dahulu mengetahui bahwa dia adalah Muslim.

Jadi keputusan hari Senin mendukung Komisi Kesempatan Kerja Setara, yang mewakili Elauf, pada dasarnya berarti pemberi kerja tidak boleh mendiskriminasi pencari kerja berdasarkan agama -

bahkan jika mereka tidak meminta akomodasi.

"Dalam kasus ini, EEOC diperlukan untuk membuktikan bahwa Abercrombie menolak Elauf karena praktik yang diketahui Abercrombie adalah agama," tulis Hakim Antonin Scalia. "Tidak dapat disangkal bahwa Abercrombie menolak Elauf karena dia mengenakan jilbab, dan ada banyak bukti dalam ringkasan itu. catatan penilaian untuk membuktikan bahwa Abercrombie tahu bahwa Elauf adalah seorang Muslim dan bahwa dia mengenakan syal karena alasan agama." 

Sementara hasil dari kasus tersebut memiliki implikasi yang lebih luas dalam diskriminasi di tempat kerja, kita harus bertanya-tanya apa artinya bagi Abercrombie — dan apakah itu semua merupakan hal yang buruk. Ini bukan pers yang sangat baik untuk pengecer remaja dalam jangka pendek, tetapi insiden dan banyak litigasi berikutnya juga terjadi di bawah masa jabatan mantan CEO Michael Jeffries. Jeffries, yang membuat terlalu banyak komentar off-color selama waktunya di sana, mengundurkan diri pada bulan Desember; sejak itu, manajemen baru telah bekerja keras untuk mengubah citra dan untuk menjauhkan diri dari Abercrombie itu. Bagian dari itu adalah mengadopsi kode pakaian dan gaya rambut yang tidak terlalu ketat untuk karyawan.

Mungkin kasus inilah yang dibutuhkan Abercrombie: mengakui masa lalunya sehingga bisa melangkah ke masa depan.